PENDAHULUAN
- Dengan diterapkannya undang-undang tentang otonomi, jadi sekarang tiap-tiap daerah sudah membuat penentuan umum untuk memastikan kepala daerahnya semasing, seperti gubernur, bupati, sampai lurah. Ini ialah skema demokrasi di Indonesia yang dapat membawa Indonesia ke hari esok yang lebih baik atau demikian sebaliknya membawa Indonesia ke jurang kehancuran.
- Indonesia lebih baik sebab beberapa pimpinan atau kepala daerah di setiap provinsi serta kabupaten diambil langsung oleh rakyat. Dari pojok masa demokrasi Indonesia dapat acungan jempol, serta ini akan mendidik penduduk Indonesia jadi dewasa dalam perpolitikan.
- Entahlah sebab ketiadaanpengalaman dalam soal marketing, rata-rata beberapa calon peserta Pemilu Pemilu (Penentuan Umum), Pemilihan kepala daerah (Penentuan Kepala Daerah), serta Pileg (Penentuan Legislatif) memakai beberapa cara yang umum serta begitu standar. Kelihatannya tidak ada kreatifitas dalam soal penyalonan.
- Taktik umum yang dikerjakan oleh Calona dalah menempatkan billboard, banner, bagi-bagi Sembako, kunjungan ke penduduk serta sejenisnya. Meskipun pekerjaan ini menelan cost yang besar sekali, akan tetapi cara tersebut begitu standar. Tidak kreatif. Celakanya lagi langkah seperti ini pula digunakan untuk level penentuan Gubernur serta Presiden.
- Langkah yang begitu populer serta dipercaya benar oleh calon walaupun melanggar hukum ialah money politic. Langkah tersebut begitu beresiko bukan saja buat yang kalah tetapi ikut si pemenang.
FAKTA MEMPRIHATINKAN
- Calon peserta Pemilu begitu miskin inspirasi. Mereka beraktivitas mencari simpati massa lewat cara konvensional yang sering malah membuat antipasti penduduk meskipun tujuannya baik.
- Faktanya, memang beberapa calon tidak mempunyai kreatifitas yang cukuplah. Jenis kampanya yang dikerjakan biasanya ialah pasang Baliho yang mengakibatkan kerusakan panorama, pasang poster yang mengakibatkan kerusakan pohon-pohon, membuat selebaran yang Hanya meningkatkan sampah, memberi sembako atau penyembuhan gratis yang berkesan ada maunya.
- Seringkali saya berjumpa calon peserta Pemilu nyatanya tidak mempunyai visi serta missi yang pasti. Mereka cuma menempatkan Jargon yang dipunyai partainya, yang partainya sendiri tidak mempunyai penjelasan atas bisi serta missi itu.
- Sempat kami ingin menolong seseorang calon, mereka sepakat pesan buku dari kami untuk kampanyenya. Tetapi saat di tanya apakah visi serta missinya, kami justru diminta mengarang. Lantas kami coba mencari visi serta missi mereka di web Partai itu, nyatanya ikut tidak ada. Bila ada pula tidak jelas serta mengambang. Ini bukan partai kecil, tetapi termasuk juga partai terbesar di Negara ini.
- Saat Calon berjumpa penduduk, jadi penduduk menanyakan, “Berapa bapak ingin memberi uang pada saya”. Beberapa calon sebelum Kamu sudah mengakibatkan kerusakan pola pikir penduduk hingga penduduk memberi dukungan calon yang berduit.
- Calon pemilih serta yang pilih saling pandai. Yang akan pilih bermuka manis supaya bisa uang tetapi tidak pilih si calon, si calon cuma menjanjikan dia akan membayar pemilih bila dia menang. Pada akhirnya muncul sama-sama berprasangka buruk serta tidak yakin.
- Calon berfikir positif, tidak mengerti sangat banyak calon lainnya yang mempunyai taktik menghalalkan semua langkah. Calon yang berfikir positif tidak mengerti taktik lawan selanjutnya jadi korban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar